ihei

Beranda » ibu

Category Archives: ibu

BEKAL UTAMA ANAK KITA

Image result for cahyo prianto
Sumber : @dedengjuheri
.

“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak padanya, dan keberkahan untuknya.”

Di antara doa Rasulullah Saw untuk Anas bin Malik, seorang anak kecil yang diserahkan ibunya, Al-Ghumaisha, kepada baginda nabi.

Beliau Saw amat mencintainya, memandangnya dengan wajah berseri, merengkuhnya, mengusap kepalanya, menyentuh ujung rambutnya, dan menganggapnya sebagai keluarga. Unais adalah panggilan kesayangannya.

Doa Rasulullah Saw ini mewujud dalam hidup Anas, berkah hidupnya, melimpah hartanya, dan banyak anaknya.

Anas menjadi sahabat utama yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Menjadi tokoh masyarakat rujukan umat sepeninggal Rasulullah Saw. mengajar dan mengamalkan ilmu untuk kebaikan umat.

Anas dilimpahi harta yang amat banyak, melimpah, dan kaya raya. Beliau hidup dalam kecukupan dengan perniagaan yang baik, halal, dan berkah.

Allah Swt memanjangkan umurnya, hingga Anas berusia 103 tahun. Allah pun menganugerahi keturunan yang amat banyak, 120 anak. Dan dari 120 anak ini, 90 orang di antaranya hafidz Quran.

Masyaallah, teramat berkah hidupnya..

Tiada pahala yang bisa kita petik setelah meninggal dunia, kecuali tiga perkara sebagaimana sabda baginda nabi Saw yang mulia; ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, dan anak shalih yang mendoakan. Anas mendapatkan ketiganya.

Sang ibu, Al-Ghumaisha, insyaallah memperoleh pahala kebaikannya..

*
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari sepenggal kisah di atas? Yang pertama kali ditanamkan oleh ibunda Anas, Al-Ghumaisha, adalah Tauhid, keimanan dalam hati sang putra.

Sang ibu memupuk iman dalam hati Anas, merawat dengan baik, dan menyiram penuh ketulusan. Keimanan itu tumbuh subur, berakar kokoh, berbatang kuat, berdaun lebat, dan memekarkan bunga mewangi surga.

Ini pula yang harus jadi pondasi utama anak kita; Iman. Keimanan anak merupakan sumber kesuksesan, kebaikan, dan kebahagiaan dunia akhirat.

Sebagian orangtua, ada yang lebih sering mengutamakan pengetahuan, kecerdasan, dan menggali bakat anak sedemikian rupa. Anak dituntut pandai bergaul, baca tulis, prestasi baik, dan memenangkan berbagai perlombaan. Padadahal banyaknya ilmu, cerdasanya otak, dan ketemunya bakat, tak bakal membawa banyak kebaikan bila tak disertai iman dalam hatinya.

Anak tahu ilmu agama, tahu tatacara shalat, cerdas mengafal doa-doa, menghafal ayat-ayat al-Quran dan hadis, tapi mereka tidak paham, tidak menerima dengan keimanan, hanya akan menjadi penegtahuan yang sedikit sekali membawa kebaikan.

Di sinilah kita menginsapi diri, bahwa keimanan adalah yang utama. Pengetahuan dan kecerdasan, insyaallah menjadi kebaikan berlipat ganda dengan iman pondasinya.

Sehingga..
Mari bersamai anak-anak kita untuk mengenal, mengagungkan, dan menghamba hanya pada Allah Swt. Juga menjadikan Rasullah sebagai teladan utama dalam hidupnya. Wallahu’alam..

JAUHKAN ANAKMU DARI KEMUDAHAN

Image result for rhenald kasali

(Rhenald Khasali)

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.

Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu “ada main” dengan dosen-dosennya. “Karena mereka tak sepintar aku,” ujarnya.

Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.

Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.

Hadiah orangtua
Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan”.

Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan “membuka pintu”, jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.

Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.

Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.

Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: “Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?”

Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.

Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk “bengal”. Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang “selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan”.

Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya.

Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.
Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.

Panggung Orang Dewasa

Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif.

Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui.

Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu “bodoh”, tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya.

Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.

Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.

Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.

Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.

Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan.

Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21 :

bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.

Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan.

Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja:

Orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu.

Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.

Semoga manfaat

Orang Tua Zaman Old, Mendidik Anak Zaman Now

Image result for bendri jaisyurrahman

Oleh : Ust. Bendri

Masalah utama pengasuhan di generasi saat ini adalah tidak adanya Ikatan hati (emotional bonding).
Ada hadist : Ikat hati anak sebelum dikasih tau. Kasih tau sebelum kasih tugas.

Problem kidz zaman now :
– kecanduan gadjet
– ‎narkotika
– ‎pergaulan bebas
– ‎predator anak
– ‎dsb

Kadang kita merasa sudah menjadi ortu jika sudah memberi nasehat
Padahal pengasuhan tdk sekedar memberi nasehat.

Dalam Surat An nahl 78
Mengenai konsep pengasuhan (proses belajar manusia) :dimulai dari mendengar – melihat – hati nurani
Allah SWT berfirman:

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl 16: Ayat 78)

Setiap.anak yg waktu kecil jarang mendengar suara orang tuanya, jarang melihat wajah orang tuanya, tidak akan dapat mengikat hati anaknya kelak.

Zaman dulu, tidak ada ilmu parenting, tp banyak yang berhasil mengikat hati anaknya. Kenapa?

Karena dulu, kalo anak menangis, ortu nyanyi, menghibur, memeluk, bawa jalan. Karakter yg terbangun : setiap aku sedih, ada ayah dan bunda yg akan menenangkan. Klo sekarang, anak menangis, dihibur dg upin ipin, baby shark dududu. Karakter yang dibangun, klo anak sedih, dia akan cari gadget utk mengusir kesedihan.
Simpul2 ikatan hati beralih, sehingga anak2 lebih mendengar orang lain atau gadget di bandingkan kedua orangtuanya.

Cara mudah membuat anak mau mendengarkan kita adalah, buat dia jatuh cinta ke kita terlebih dahulu.

Tantangan pengasuhan kidz zaman now, membangun kembali ikatan bathin dengan orang tua!
Sehingga mereka akan merasakan nikmatnya ngobrol dg ortu lebih nikmat dr update status di fb, asyiknya bermain dengan ortu lebih asyik drpd main di hp.

Beberapa efek negatif dr paparan gadget:
– anak2 tidak sabaran, maunya serba instant. Laper tinggal go food, beli tiket ga perlu antri tinggal go tix. Boleh kita menggunakan fitur tsb ketika benar2 tdk ada waktu atau kepepet. Sehingga anak2 bisa belajar, utk mendapatkan sesuatu perlu usaha.
– ‎anak2 gampang menyerah, tidak tangguh. Tidak suka dg seseorang langsung block nomernya, tidak sependapat langsung unfollow fbnya, masuk sekolah, baru sebulan minta pindah krn hal sepele. Akibatnya karakter yg terbangun : Kalo ada masalah kabur aja.
Dampaknya nanti akan berpengaruh ke pekerjaan hingga pernikahan.
PT freeport membuka 3000 lap pekerjaan baru dengan menurunkan perayaratan, kalo dulu nyari karyawan yg mau kerja 6bl gampang, sekarang susah.
Dalam hal pernikahan. Gampang jatuh cinta, tp tdk bisa membangun cinta. Data statistik di Indonesia tiap 1 jam ada 40 pasangan bercerai. Nikah itu bukan urusan cinta, tp urusan komitmen.

Ilmu parenting bg ibu :
1. Masak di rumah. Masaklah, masakan itu memberi pelajaran menghargai proses dan masak menjadikan ibu sosok yg dirindukan. Boleh. Beli di luar atau pesen gofood sesekali aja.
2. Mijit. Pijitan itu memberikan efek rileka dan membuat anak intim sama kita, sehingga bisa terbuka dalam segala hal. Anak2 zaman now : “mama kepo bg sih”, menutamakan privacy. Padahal salah satu tanda keberhasilan pengasuhan adalah anak mau bercerita ttg apa saja dg kita. Kita tdk bisa mensterilkan anak, tp melalui curhatan anak, kita bisa mencegah terjadinya hal2 buruk thdp anak.
3. Good listener. Jdlah pendengar yg baik. Tanya apakah penilaian anak thp kita. “mama bawel, papa sibuk” jangan langsung dibantah “mama bawel kan buat kamu, pap sibuk kan buat nyari duit”… Dengarkan karena itu artinya anak merasa kurang dipeluk jiwanya.

Cara mengatur gadget pada anak terutama ABG:
1. ‎Atur lokasi
– Tidak ada gadget di kamar tidur. Karena akan mengganggu jam tidur anak ketika bunyi wa masuk, notif fb masuk, dll.
– Kamar mandi terlarang utk gadget. Krn toilet adalah tempat yg paling disukai jin dan syetan.
2. ‎Durasi, maksimal 3 jam (tv dan gadget)
3. ‎Tentukan aplikasi apa saja yg boleh diinstal, sepakati dengan anak. Jelaskan baik buruknya.
4. ‎Situasi

Beberapa waktu dilarang ada hp :
– Waktu makan bersama
– ‎Waktu melayani tamu
– ‎Waktu beribadah, sholat ke mesjid dan mushala jgn bawa hp. Baca quran boleh pake hp, tp di flight mode, diutamakan menggunakan mushaf
– ‎Waktu Liburan. Usahakan bermain yg melibatkan aktivitas fisik.

3 waktu yg dijaga agar kita bisa mengikat hati anak :
1. Hadirlah saat anak sedang sedih. Siapa yg bisa hadir saat anak sedih, dia bs merebut jiwanya.
2. ‎Hadirlah saat anak sakit. Jangan cuek anak sakit.
3. ‎hadirlah saat anak unjuk prestasi. Ketika diliat ortu, naiklah harga dirinya.

Mengasuh anak ibarat main layang2. Kita lepaskan dia setinggi2nya, namun ttp kita jaga dengan uluran dan tarikan agar ttp tinggi di langit melawan angin.

BEKAL UTAMA ANAK KITA

Image result for cahyo prianto
Sumber : @dedengjuheri
.

“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak padanya, dan keberkahan untuknya.”

Di antara doa Rasulullah Saw untuk Anas bin Malik, seorang anak kecil yang diserahkan ibunya, Al-Ghumaisha, kepada baginda nabi.

Beliau Saw amat mencintainya, memandangnya dengan wajah berseri, merengkuhnya, mengusap kepalanya, menyentuh ujung rambutnya, dan menganggapnya sebagai keluarga. Unais adalah panggilan kesayangannya.

Doa Rasulullah Saw ini mewujud dalam hidup Anas, berkah hidupnya, melimpah hartanya, dan banyak anaknya.

Anas menjadi sahabat utama yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Menjadi tokoh masyarakat rujukan umat sepeninggal Rasulullah Saw. mengajar dan mengamalkan ilmu untuk kebaikan umat.

Anas dilimpahi harta yang amat banyak, melimpah, dan kaya raya. Beliau hidup dalam kecukupan dengan perniagaan yang baik, halal, dan berkah.

Allah Swt memanjangkan umurnya, hingga Anas berusia 103 tahun. Allah pun menganugerahi keturunan yang amat banyak, 120 anak. Dan dari 120 anak ini, 90 orang di antaranya hafidz Quran.

Masyaallah, teramat berkah hidupnya..

Tiada pahala yang bisa kita petik setelah meninggal dunia, kecuali tiga perkara sebagaimana sabda baginda nabi Saw yang mulia; ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, dan anak shalih yang mendoakan. Anas mendapatkan ketiganya.

Sang ibu, Al-Ghumaisha, insyaallah memperoleh pahala kebaikannya..

*
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari sepenggal kisah di atas? Yang pertama kali ditanamkan oleh ibunda Anas, Al-Ghumaisha, adalah Tauhid, keimanan dalam hati sang putra.

Sang ibu memupuk iman dalam hati Anas, merawat dengan baik, dan menyiram penuh ketulusan. Keimanan itu tumbuh subur, berakar kokoh, berbatang kuat, berdaun lebat, dan memekarkan bunga mewangi surga.

Ini pula yang harus jadi pondasi utama anak kita; Iman. Keimanan anak merupakan sumber kesuksesan, kebaikan, dan kebahagiaan dunia akhirat.

Sebagian orangtua, ada yang lebih sering mengutamakan pengetahuan, kecerdasan, dan menggali bakat anak sedemikian rupa. Anak dituntut pandai bergaul, baca tulis, prestasi baik, dan memenangkan berbagai perlombaan. Padadahal banyaknya ilmu, cerdasanya otak, dan ketemunya bakat, tak bakal membawa banyak kebaikan bila tak disertai iman dalam hatinya.

Anak tahu ilmu agama, tahu tatacara shalat, cerdas mengafal doa-doa, menghafal ayat-ayat al-Quran dan hadis, tapi mereka tidak paham, tidak menerima dengan keimanan, hanya akan menjadi penegtahuan yang sedikit sekali membawa kebaikan.

Di sinilah kita menginsapi diri, bahwa keimanan adalah yang utama. Pengetahuan dan kecerdasan, insyaallah menjadi kebaikan berlipat ganda dengan iman pondasinya.

Sehingga..
Mari bersamai anak-anak kita untuk mengenal, mengagungkan, dan menghamba hanya pada Allah Swt. Juga menjadikan Rasullah sebagai teladan utama dalam hidupnya. Wallahu’alam..

DOA ORANG TUA SEBAGAI PERISAI BAGI ANAKNYA

Image result for adi hidayat

Tusiyah Ustadz Adi Hidayat, LC

Penggalan Kisah Nabi Yusuf.

Sepuluh saudara Yusuf dibakar rasa iri. Mereka berkumpul, bersekongkol untuk mencelakakan Yusuf.
Dari 10 anak, 9 di antaranya setuju membunuh Yusuf. Hanya ada 1 anak yang tidak setuju. Ia mengajukan usul. Yusuf tak perlu dibunuh, tapi cukup dibuang ke dalam sumur, biar ditemukan musafir.

Secara logika umum, jika terjadi musyawarah, suara terbanyak yang dipakai, apalagi musyawarah untuk keburukan, maka lebih mudah setan menggoda.
Tapi yang terjadi sebaliknya. Yang 9 suara kalah dengan 1 suara. Padahal yang 9 suara itu diperkuat oleh setan.

Hal itu terjadi berkat doa Nabi Yakub kepada anak-anaknya.
Doa orang tua terhadap anaknya akan menjadi benteng perlindungan yang akan menyelamatkan anaknya.
==============================

💟TERUS DOAKAN ANAK ANDA

Mungkin selama ini kita sudah merasa mendidik anak namun ternyata tidak sesuai keinginan, jangankan menjalankan banyak kebaikan, sholat saja mereka berat bahkan sering ditinggalkan.

TERAPI DO’A
➖➖➖➖➖
Doa adalah perubah Taqdir

Mungkin ini, yang sering kita lupakan. Doa mohon kepada Allah yang Maha Kuasa. Hati dan pikiran anak, Allah yang Kuasai. Semoga anak dan keturunan kita menjadi Ahli sholat, Aamiin.

Doa Agar Anak Rajin Sholat

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Artinya : Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

(QS Ibrahim Ayat 40)

MISTERI DIBALIK USIA 40 TAHUN

Image result for 40 tahun

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa Al-Qur’an membahas mengenai usia 40 tahun. Hal ini sebagai pertanda bahwa ada hal yang perlu diperhatikan dengan serius pada pembahasan usia 40 tahun ini. Allah Ta’ala berfirman, “Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a, “Ya Rabb-ku, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf : 15)

Usia 40 tahun disebutkan dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar-benarnya. Do’a yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun atau lebih. Di dalamnya terkandung penjelasan yang jelas bahwa mereka telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmonis, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala.

Pada ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman: “Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir : 37)
Para ulama salaf menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “umur panjang dalam masa yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut adalah ketika berusia 40 tahun.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Apabila hal itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janji-Nya dalam ayat setelahnya, yaitu kematangan. Usia 40 tahun adalah usia matang bagi kita bersungguh-sungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Maka tidak heran tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini. Bahkan Nabi kita tercinta, Muhammad SAW pun demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, “Diutusnya Rasulullah (yaitu) pada usia 40 tahun.” (HR. Al-Bukhari).

Nabi Muhammad SAW diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Mayoritas negara juga mensyaratkan bagi calon-calon yang akan menduduki jabatan-jabatan elit seperti ketua negara, harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat pun mengakui bahwa matangnya prestasi seseorang tatkala orang tersebut telah berusia 40 tahun.

Mengapa umur 40 tahun begitu penting?
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu:
(1) Anak-anak (aulad); sejak lahir hingga akil baligh,
(2) Pemuda (syabab); sejak akil baligh hingga 40 tahun,
(3) Dewasa (kuhul); 40 tahun hingga 60 tahun,
(4) Tua (syuyukh); 60 tahun ke atas.

Usia 40 tahun adalah usia ketika
manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih kepada masa dewasa sempurna. Kenyataan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agamanya yang semasa mudanya jauh sekali dengan agamanya. Baik dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktunya dengan berjama’ah dan tepat waktu, memperbanyak sedekah, menutupi auratnya, atau dengan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Seolah-olah di usia ini merupakan momentum kembalinya manusia kepada fitrahnya. Namun jika ada orang yang telah mencapai usia ini, akan tetapi tidak ada minat terhadap agamanya, maka hal ini sebagai pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia.Wal iyaadzu billaah.

Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah SAW, “Seorang hamba muslim apabila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya).” (HR. Ahmad)

Hadits ini menyebutkan bahwa usia 40 tahun merupakan titik awal seseorang memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah Ta’ala, sekaligus konsisten terhadap Islam, sehingga Allah Ta’ala pun akan meringankan hisabnya. Inilah keistimewaan orang yang mencapai usia 40 tahun. Akan tetapi, usia 40 tahun merupakan saat di mana orang harus berhati-hati juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk waktu senja.

Abdullah bin Abbas mengatakan, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak bertambah dan tidak dapat mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”

Imam Asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, maka beliau menjawab, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syari’at lazim bagiku.”

Kematian Bisa Datang Kapan Saja

Satu perkara yang kita harus senantiasa kita sadari bahwa kematian bisa memanggil kita kapan saja tanpa tanda, tanpa alamat dan tanpa mengira usia. Jika kita beranggapan harus menunggu usia 40 tahun untuk mulai memperbaiki diri, maka rugi dan sia-sia lah hidup kita jika ternyata umur kita tidak panjang.

Maka dari itu, di sisa-sisa usia kita ini, marilah kita mulai berbenah diri, meneguhkan tujuan hidup, meningkatkan daya spiritual, memperbanyak bersyukur, menjaga makan dan tidur, serta menjaga keistiqamahan dan berusaha meningkatkan kualitas dalam beribadah.

Banyak manusia yang tertipu dengan keindahan dunia dan isinya yang bersifat sementara. Mengingati mati bukan berarti kita akan gagal di dunia ini. Akan tetapi dengan mengingati mati kita berharap menjadi insan yang berjaya di dunia dan di akhirat kelak. Janganlah menunggu hingga esok untuk membuat persediaan menghadapi kematian, karena mati boleh datang kapan saja.

Akhirnya, semoga kita bisa memaksimalkan sisa-sisa umur kita ini untuk memperbanyak amal shaleh.

8 PESAN UNTUK PARA SUAMI

Image result for suami siluet

1. Hargai isterimu sebagaimana engkau
menghargai ibumu, sebab isterimu juga
seorang ibu dari anak-anakmu.
2. Jika marah, boleh tidak berbicara
dengan isterimu, tapi jangan
bertengkar dengannya
(membentaknya, mengatainya,
memukulnya).
3. Kantung rumah adalah seorang
isteri, jika hati isterimu tidak bahagia,
maka seisi rumah akan tampak seperti
neraka (tidak ada canda tawa, manja,
perhatian),maka sayangi isterimu agar
dia bahagia dan kau akan merasa
seperti disurga.
4. Besar atau kecil gajimu, seorang
isteri tetap ingin diperhatikan. dengan
begitu, maka isterimu akan selalu
menyambutmu pulang dengan kasih
sayang.
5. 2 orang yang tinggal 1 atap
(menikah) tidak perlu gengsi,
bertingkah, siapa menang siapa kalah.
karena keduanya bukan untuk
bertanding melainkan teman hidup
selamanya.
6. Di luar banyak wanita idaman
melebihi isterimu, namun mereka
mencintaimu atas dasar apa yang kamu
punya sekarang, bukan apa adanya
dirimu, saat kamu menemukan masa
sulit, maka wanita tersebut akan
meninggalkanmu dan punya pria
idaman lain dibelakangmu.
7. Banyak isteri yang baik, tapi diluar
sana banyak pria yang ingin
mempunyai isteri yang baik dan mereka
tidak mendapatkannya. mereka akan
menawarkan perlindungan terhadap
isterimu,maka jangan biarkan isterimu
meninggalkan rumah karena
kesedihan, sebab ia akan sulit sekali
untuk kembali.
8. Ajarkan anak laki-lakimu bagaimana
berlaku terhadap ibunya, sehingga
kelak mereka tahu bagaimana
memperlakukan isterinya.
Silahkan Klik SUKA & BAGIKAN jika
menurut anda bermanfaat..
Semoga yang mengucapkan amin mendapat jodoh yang di ridhai Allah SWT

WASPADALAH !!! TERBONSAINYA INSTING BELAJAR SEORANG ANAK

Image result for ayah edy

Suatu ketika ada orang tua bertanya pada saya, Ayah anak-anaknya di home schooling kok sepertinya lebih banyak bermain dari pada belajarnya.

Sebelum menjawab saya sempat berpikir, wah… rupanya ibu ini mendefinisikan belajar adalah dengan duduk di meja, menyendiri, serius, bersama buku, dan ballpoint dengan tulis menulis dan hitung menghitung sebagai kegiatan utamanya.

Padahal jika kita tahu biografi Einstein bersama anak-anaknya, Einstein sering mengajaknya belajar sambil bermain-main di mana saja, meluncur di anak tangga lalu dia bertanya mengapa telapak tangan kita terasa panas saat turun dan bergesekan dengan gagang tangga?, lalu suatu hari ia sedang belajar memasak tiba2 menjatuhkan telur ke lantai dan bertanya mengapa dia jatuh ke lantai dan tidak mengapung di udara, suatu ketika lagi di tepi danau Einstein bertanya mengapa saat kita naik perahu bertiga mendayung terasa jauh lebih berat dari pada jika kita naik sendiri, lalu ketika tiba-tiba bertiup angin ia bertanya lagi apa itu angin, terbuat dari apa dan mengapa ia bisa bertiup dan sebagainya.

Jika ingat bagaimana sang jenius dunia mengajari anaknya sy jadi tertawa sendiri dan merasa malu, karena jika anak-anak saya mengajak bermain semisal bermain layang-layang saya sering berkata ah kurang tertarik, lalu anak sy bertanya mengapa tidak tertarik, itukan asyik ! Lalu satu ketika anak sy mengajak lagi bermain balon dari sabun saya juga kurang antusias. Padahal Einstein jika sudah bermain sama anak-anaknya maka ia langsung berubah bak seorang anak yang sedang bermain dengan teman sebayanya.

Apakah ayah bunda juga pernah mengalaminya ? kita tidak lagi antusias seperti anak-anak dalam bermain dan sudah menjadi mahluk yang super serius dan tidak lagi punya “sense of fun” ?

Setelah saya merenung lama, baru saya ingat, rupanya kemampuan otak saya dan insting bermain sambil belajar saya sudah TERBONSAI HABIS dengan sistem sekolah kita yang mengharuskan kita belajar dengan cara “Duduk siap”, “Lipat tangan di atas meja”, “Keluarkan buku tulis”, “Kerjakan Tugas”, kemudian gurunya pergi entah kemana dan saat kembali bilang “Ya ! waktunya sudah habis dan selesai atau tidak selesai segera di kumpulkan”.

Dan itu tidak hanya terjadi sekali saja, tapi berkali-kali dan berulang-ulang di sepanjang SD hingga SMP, SMA dan bahkan terjadi juga saat saya kuliah.

Sambil merenung saya kembali teringat ajakan-ajakan anak saya, dan dalam batin berkata “Maafkan Ayah ya nak, ayahmu sudah kehilangan semua kemampuan alaminya untuk menjadikan permainan sebagai pembelajaran dan belajar sambil bermain.

Sahabatku, meskipun sudah sadar-sesadarnya tentang masa lalu saya dan berusaha untuk berubah untuk lebih antusias bermain bersama kedua putera kami, tapi masih saja sering kali anak saya berkata, kenapa sih ayah sama bunda gak suka bermain, kan asyik kalo kita bisa main sama-sama. Duh padahal saat ini saya harus menjadi guru bagi anak-anak, tapi sy janji dan terus berusaha agar ini tidak di alami lagi oleh generasi selanjutnya. Cukup sampai di saya saja.

Keluarga Indonesia padahal faktanya banyak sekali temuan besar dunia itu sering kali di lakukan bukan di meja penelitian melainkan di tempat-tempat yg tak terduga, sebagaimana seorang Benjamin Franklin menemukan penangkal listrik, saat ia bermain layang-layang dan tangannya merasakan aliran listrik yang bersumber dari kilatan-kilatan petir di udara rintik-rintik hujan saat ia bermain.

Begitupun dengan sang Sutradara besar film Jurassic Park, Transformer dll, yg ketika ditanya Wartawan,

“Tuan Steve, Pelajaran apa yang dulu anda sukai semasa sekolah, yang telah menjadikan anda sebagai seorang Sutradar Besar Dunia?”

Steven Spielberg pun menjawab,

“Saya tidak tahu ya pelajaran apa yg saya sukai saat dulu bersekolah, tapi seingat saya dulu saya paling suka jika Bell Istirahat sekolah sudah berbunyi, dan sy bisa segera lompat dari kursi dan lari keluar kelas untuk bermain-main di semak dan kebun sambil membuat film dari handy cam yg saya pinjam dari Ayah saya”.

** kisah ini di oleh dari berbagai sumber Biografi Einstein, Benjamin Franklin dan Steven Spielberg.

Ditulis oleh
Ayah Edy untuk para orang tua dan guru Indonesia

Pernikahan Ideal Gerbang Awal Menuju HE

Image result for Adriano Rusfi
👤 Ust. Adriano Rusfi

——————————————————-

“Hai Anak Muda, menikahlah sebelum mapan. Agar anak Anda dibesarkan bersama kesulitan-kesulitan Anda. Agar Anda dan anak-anak Anda kenyang merasakan betapa ajaibnya kekuasaan Allah. Jangan sampai Anda meninggalkan anak Anda yang tak paham bahwa hidup adalah perjuangan.” (Ust.Adriano Rusfi)

Waktu berjalan cepat, kehidupan menuntut manusia untuk lebih cepat tanggap terhadap keadaan. Salah satu keadaan yang paling urgen adalah kedewasaan mental.

Salah satu bukti bahwa seseorang sudah dewasa secara mental adalah ketika seseorang sudah mampu mencukupi dirinya sendiri, bertanggung jawab dan sadar dengan apa yang dilakukannya. Keberanian untuk mengambil resiko kiranya menjadi mutiara yang berharga di tengah arus global yang sarat memanjakan harapan.

Kedewasaan mental tak diukur dari menjamurnya umur, namun diukur dari seberapa besar kemampuan untuk mengatur sebuah persoalan menjadi tantangan. Ya, masalah harus dihadapi dan tantangan harus diselesaikan. Salah satu masalah dan tantangan yang Allah taqdirkan adalah saat pria dan wanita mulai mengikat janji suci dalam gerbang pernikahan. Semua bermula saat mereka menjadi pasangan suami dan istri.

Saat telah menjadi suami dan istri, kedewasaan mental amat diperlukan. Karena hanya pasangan suami dan istri yang dewasa lah, yang tidak akan takut terhadap kalkulasi-kalkulasi dunia yang menggelembung seakan tak bisa dijangkau. Justru di tengah keterbatasan itulah terdapat beribu kebahagiaan bagi orang yang tak pernah putus asa. Sebab pahala kesabaran adalah pahala yang tidak ada ukurannya.

Di Indonesia, kaum adam mestinya lebih bersyukur karena bila mental sudah matang dapat lebih mudah melangkah ke jenjang pernikahan. Di negeri ini, kaum hawa tak banyak menuntut mahar yang mewah, tidak seperti di negara-negara lain. Di negara-negara tertentu, mungkin Anda akan menjumpai betapa mahar yang perlu dihadiahkan sangat besar sehingga tak jarang dari mereka menikah setelah berumur 30an.

Kini, Anda dapat selangkah lebih maju menjalani kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang dalam istilah Rosul adalah setengah dari agama. Kehidupan sarat berbagai pahala besar yang diidentikkan sebagai bagian dari ibadah terindah bagi anak manusia.

🎯 Alasan pentingnya pernikahan menjadi gerbang Pendidikan Fitrah:

1. Keluarga dibangun di Atas Mimpi-Mimpi Besar
Bagi laki laki, menikah tidak cukup mengandalkan ketampanan. Lebih dari itu, seorang laki laki yang kedepannya menjadi seorang ayah harus mempunyai tanggung jawab yang matang. Tanggung jawab itulah kekayaan terbesar dalam sebuah rumah tangga. Sebuah rumah tangga akan berjalan sebagaimana mestinya bila kedua pasangan dapat memahami tanggung jawab dan peranannya masing-masing.

Selain itu, juga akan mengantarkan pasangan suami istri untuk lebih fokus ke arah cita-cita besar. Bukan berpikir bagaimana yang penting bisa makan, namun berpikir bagaimana bisa memberi makan orang lain (anak). Rumah tangga baru seperti inilah rumah tangga yang masih dipayungi semangat idealisme. Lambat laun pasti akan menemukan jalan kebijaksanaan dalam beridealisme.

Keluarga yang dibangun dengan mimpi-mimpi besar adalah keluarga yang berperan bagi terbangunnya batu bata peradaban melalui pendidikan keluarga yang visioner, bertujuan dan strategis

2. Mendidik Anak Lebih Baik dari Orang Tuanya
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya lebih baik dari dirinya. Melalui berbagai kegagalan ayahnya di masa muda, juga kebersamaan dalam menjalani rumah tangga dari nol justru akan menguatkan sebuah ikatan bahtera rumah tangga.

Nah, dari masalah-masalah yang timbul itulah sebuah keluarga akan menjadi kuat bila dihiasi dengan kesabaran yang terbaik. Dengan demikian, nasehat seorang ayah bukan hanya di bibir, namun dari hati seperti nasehat bijak seorang Lukman.

Pasangan yang menikah dengan niat baik, akan mendidik anaknya mencapai prestasi yang dituju. Belajar dari masa muda masing masing, pasangan suami istri akan mengajarkan kepada anaknya bahwa kesalahan itu sebuah resiko yang merupakan proses menuju tangga kebenaran.

Dengan kata lain, anak yang dilahirkan pasangan suami istri yang baik, tidak akan takut mencoba hal-hal baru. Justru hal-hal baru tersebut akan terus memacu anak untuk menemukan dan terus mencari sendiri kebenaran hakiki.

3. Hidup adalah Kerja Keras
Dengan segenap keterbatasan, pasangan suami istri akan memberikan pelajaran kepada anaknya bahwa hidup adalah perjuangan penuh kerja keras. Di dalam kehidupan, orang yang mempunyai bakat tidak akan berhasil tanpa adanya kerja keras. Karena kerja keraslah penentu keberhasilan seseorang. Tuhan hanya melihat kerja keras manusia, kesungguhan untuk meraih segala cita-cita.

Begitu pula di dalam rumah tangga, terlalu memanjakan anak dengan mudah memenuhi segala kebutuhan berakibat menghambat potensi anak. Selain itu, akan berbahaya juga bagi masa depannya karena hidup yang diketahui sebatas ingin dan segera terpenuhi. Terlebih, jangan sampai anak kita nanti tidak tahu bahwa hidup sebenarnya adalah penuh kerja keras.

4. Life is Begin at Fourty
Hidup yang sebenarnya adalah hidup ketika menginjak umur 40 tahun. Usia 40 tahun adalah usia matang dan menjadi usia yang harus sudah mapan. Mapan di sini dapat diartikan sebagai kemapaman psikologis dan kemapanan materi.

Kemapanan psikologi dapat berupa kesempurnaan akhlak dan moral menuju masa depan yang sebenarnya. Sedangkan mapan secara materi, seseorang yang telah berumur 40 tahun sudah tidak lagi memikirkan hal-hal bersifat materi duniawi.

Sebuah rumah tangga yang memapankan dirinya di usia 40 tahun akan memiliki nafas perjuangan yang lebih panjang hingga akhir hayat. Karena tubuh, jiwa dan ruhani yang masih sangat bugar.

Jangan biarkan waktu kalian dimasa lajang berlalu begitu saja tanpa adanya percobaan hal-hal yang baru. Habiskanlah rasa penasaran, kegagalan dan seluruh kematangan rencana anda di masa lajang. Jangan sampai ketika masa berumah tangga anda menghampiri, anda baru sadar akan keinginan-keinginan dan ambisi Anda. Umur 40 adalah umur terbebasnya dari segala keinginan.

 

5. Menikah Usia Muda Solusi Kehidupan
Menikah di usia muda juga akan membantu Anda menyelesaikan urusan-urusan dunia. Sebagaimana dalam Al Quran, bahwa menikah bukan hanya dicukupkan, namun Allah memberikan janji akan mengkayakan bagi setiap hambanya yang beriman.

Menikah muda merupakan solusi agar ketika Anda berumur usia lanjut, sudah tidak memikirkan biaya kehidupan seperti biaya listrik, sekolah anak dan biaya-biaya lainnya. Biarlah anak Anda nantinya yang akan menjaga Anda menikmati masa-masa penuh kebahagiaan.

Menikah di usia muda akan melahirkan keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan sejuta idealisme yang masih membuncah, dan diserap oleh anak-anak yang lahir dengan kualitas genetik kelas wahid dari rahim yang masih fresh.

6. Dunia Butuh Anda
Setelah melewati liku-liku perjalanan pernikahan di usia muda, akan tiba saatnya segala kebutuhan Anda terpenuhi. Kini, kesibukan Anda hanya ingin membantu dan membantu sesama manusia mewujudkan predikat manusia terbaik paling bermanfaat bagi sesama.

Kenanglah, bahwa peran Anda sangat dibutuhkan dunia. Sudah tiba saatnya Anda membangun apa yang dibutuhkan dunia, berkontribusi dan turut menyumbang secuil peradaban. Wariskanlah kepada anak cucu Anda nanti bahwa Anda dulu dikenal sebagai orangtua yang hebat!

Lalu, bagi anda yang masih menanti, tunggu apalagi untuk menuju singgasana raja sehari? Dengan memohon keikhlasan Allah, semoga jalan Anda dipermudah.

🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

Keterangan
1. Judul asli “MENIKAH SEBELUM MAPAN”
2. Judul dan isi telah direvisi sesuai tujuan nilai nilai HE. Serta telah direview dan mendapat izin ustad Adriano Rusfi (SME Utama HEbAT Community).

Seri Nasihat Ust. Adriano Rusfy

Image result for Adriano Rusfi

Salah satu kesalahan besar kita dalam berumah tangga adalah tetap tinggal di rumah orang tua atau mertua saat kita menikah.

Padahal seseorang yang menikah adalah orang yang harus siap mandiri termasuk mengontrak rumah sendiri, walaupun rumah yang sangat sederhana dan tanpa perabotan apapun.

Seringkali kita tidak berani memutuskan untuk pindah rumah begitu menikah, karena kemanjaan kita sendiri. Kita tidak siap dengan hidup pas-pasan, tidak siap dengan rumah sederhana, tidak siap hanya dengan satu kompor, tidak siap memompa kamar mandi setiap hari. Sehingga kita memutuskan untuk tinggal bersama orang tua atau mertua kita.

Marilah kita sadari ada setidak-tidaknya dua kerugian besar pada saat kita tetap ngotot tinggal bersama orang tua atau mertua kita :

Pertama, anak-anak kita akan dimanja oleh mereka dan itu sangat tidak baik bagi perkembangan kepribadian masa depannya

Yang kedua, terjadi intervensi yang berlebihan dari orang tua dan mertua kita tentang pola asuh dan pendidikan anak-anak kita. Pada akhirnya kita tidak pernah memiliki kemandirian dalam merumuskan visi, misi, orientasi dan strategi pendidikan anak-anak kita.

Kita tidak pernah memiliki kemandirian untuk menetapkan : Mau dibawa ke mana keluarga kita di masa depan ?

Yang berkewajiban untuk merumuskan visi, misi, dan strategi rumah tangga adalah seorang suami. Karena dia adalah kepala keluarga, karena dia adalah penanggung jawab pendidikan keluarganya, di dunia dan di akhirat

Dalam hal ini tugas seorang istri adalah memberikan masukan-masukan kepada suaminya tentang visi, misi, orientasi dan strategi yang harus dirumuskan dalam pendidikan anak dan keluarga.